Pembangunan daerah hingga saat
ini telah membuktikan bahwa kebutuhan sumberdaya alam semakin banyak dan
senantiasa menghadapi berbagai kendala yang semakin serius, terutama di wilayah
pedesaan. Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan penajaman
prioritas pemanfaatan keunggulan sumberdaya alam dan sumberdaya wilayah lainnya
dengan melibatkan secara penuh segenap potensi masyarakat, terutama di
daerah-daerah yang potensi sumberdaya alamnya sangat terbatas dan kondisi
pembangunan wilayahnya masih tertinggal dibandingkan dengan daerah lainnya.
Dalam kondisi seperti ini diperlukan mekanisme perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi proyek daerah secara cepat, tepat dan akurat.
Suatu Wilayah terbagi menjadi
beberapa wilayah pembangunan yang masing-masing mempunyai karakteristik dan
potensi wilayah yang berbeda, baik potensi sumberdaya manusia, sumberdaya alam,
serta infrastruktur fisik dan kelembagaan penunjang pembangunan. Potensi
sumberdaya wilayah ini tampaknya masih belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan dan
dikembangkan secara optimal, terutama karena terbatasnya modal dan teknologi.
Beberapa kendala yang dihadapi antara lain karena masih terbatasnnya informasi
teknologi dan informasi pasar yang diperlukan untuk mengembangkan wilayah
tersebut, serta lemahnya akses masyarakat terhadap peluang-peluang bisnis yang
ada.
Suatu bentuk kelembagaan
dengan ikatan-ikatan dan hubungan sosial-ekonomi berdasarkan kebutuhan
masyarakat diperlukan dalam membangun Kawasan Sentra Produksi Komoditas
Unggulan (KSP-KU), sehingga memberikan manfaat dan memungkinkan keterlibatan
penuh anggota-anggotanya. Langkah awal dalam upaya rekayasa dan peningkatan
fungsi kelembagaan tersebut adalah menemukan lembaga-lembaga tradisional yang
tumbuh dalam komunitas perdesaan khususnya dalam pengusahaan komoditas andalan,
sejak penanaman, pertanahan, pengerahan tenaga kerja, perkreditan,
panen dan pengolahan serta pemasaran hasil. Selanjutnya,
keberhasilan sistem produksi menuntut adanya bentuk-bentuk kelembagaan yang
lebih besar dan berorientasi ekonomis sehingga mampu mengelola sistem
pertanian secara lebih efektif mampu meningkatkan kesejahteran masyarakat.
Dalam rangka pengembangan
sistem agribisnis yang berwawasan agroekosistem, dan mendukung upaya-upaya
peningkatan pendapatan petani, maka dipandang perlu untuk dirancang model
pengembangan Komoditi UNGGULAN wilayah, yang mengacu kepada pendekatan konsep
dan terapan sistem manajemen bisnis di pedesaan.
Salah satu upaya
untuk mengentas kemiskinan masyarakat desa dan mencegah terjadinya kesenjangan
antara desa-kota yang semakin melebar, ialah Gerakan Membangun Agribisnis
(GMA).
Dengan GMA ini
diharapkan pembangunan wilayah pedesaan dapat diselaraskan dengan wilayah
lainnya yang lebih maju. Hal seperti ini dapat dicapai kalau
pertumbuhan desa dapat dipacu sedemikian rupa sehingga lebih cepat. GMA pada
hakekatnya merupakan upaya terencana yang melibatkan kerjasama pemerintah ,
suasta dan segenap masyarakat untuk membangun wilayah perdesaan.
Tujuan GMA adalah:
- meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, pertumbuhan ekonomi dan
perluasan kesempatan kerja di pedesaan,
- menciptakan pemerataan, mempersempit kesenjangan, dan memperbaiki
hubungan desa-kota,
- menggali potensi unggulan
ekonomi lokal dan merangsang tumbuhnya peluang kerja dan kesempatan kerja
dan berusaha,
- meminimalkan urbanisasi desa ke kota,
- mendorong hubungan kerja yang harmonis antara pemerintah, suasta dan
masyarakat,
- menumbuhkan suasana kondusif bagi segenap masyarakat desa untuk dapat
mengakses peluang-peluang bisnis.
Beberapa
program prioritas yang dapat dikembangkan ialah:
(1). Satu wilayah satu
komoditi unggulan dengan beberapa produk penunjangnya
Komoditi
unggulan merupakan hasil usaha masyarakat desa yang memiliki peluang pemasaran
yang tinggi dan menguntungkan bagi masyarakat desa. Beberapa kriteria dari
komoditi unggulan adalah
ü Mempunyai daya saing yang tinggi di pasaran
(keunikan /ciri spesifik, kualitas bagus, harga murah);
ü Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang
potensial dapat dikembangkan;
ü Mempunyai nilai tambah tinggi bagi masyarakat
perdesaan;
ü Secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat
untuk meningkatkan pendapatan dan kemam-puan sumberdaya manusia;
ü Layak didukung oleh modal bantuan atau kredit.
(2). Teknologi Tepat Guna Masuk Wilayah Pedesaan
Teknologi masuk desa
meliputi upaya pengenalan, proses alih teknologi dan pelatihan teknis (Model
Sekolah Lapangan) dengan tujuan meningkatkan ketrampilan SDM dan nilai produk
masyarakat.
Beberapa kriteria teknologi
ini ialah:
ü
Mendukung upaya peningkatan
nilai tambah produk lokal; dan mendorong terciptanya sistem produksi
yang bersih (eco-labelling)
ü
Mampu meningkatkan jumlah produksi
dan efisiensi; serta menonjolkan keunikan kualitas produk
ü
Tidak merugikan eksistensi
tenagakerja lokal;
ü
Murah; mudah dipelajari; mudah
perawatannya dan menjanjikan keuntungan;
ü
Dapat berupa teknologi proses,
material, ataupun teknologi rekayasa sosial.
(3). Investasi Mengalir Masuk ke Wilayah Pedesaan
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah
ü
Menjalin hubungan kemitraan
yang mengun-tungkan dan adil;
ü
Pembatasan pengaruh negatif
penetrasi modal dari luar melalui pengembangan Lembaga Keuangan Alternatif
berpendampingan sehingga mampu mengakses segenap anggota masyarakat secara adil
;
ü
Produsen lokal harus didukung
fasilitas kredit murah berpendampingan dan berkelanjutan;
ü
Penciptaan iklim kondusif bagi
tumbuh-kembangnya pengusaha lokal yang mandiri (individu atau kelompok);
ü
Mengoptimalkan peran-serta
lembaga-lembaga sosial-tradisional yang telah ada di masyarakat.
(4). Pasar Desa dan Kemitraan Pemasaran
Pasar desa yang dimaksud
ialah kegiatan untuk mendorong tumbuhnya media yang mendukung kelancaran
proses pemasaran produk dan transaksi usaha di antara masyarakat desa itu
sendiri atau dengan pihak luar melalui kemitraan yang adil dan bersahabat.
Beberapa
macam kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan wilayah pedesaan di Jawa
Timur ialah
ü
Keterbatasan kapabilitas
sumberdaya alam,
ü
Masih adanya lokasi yang
terisolir dan kelangkaan prasarana transportasi,
ü
Keterbatasan penguasaan modal
dan teknologi,
ü
Lemahnya kemampuan kelembagaan
(formal dan non-formal) penunjang pembangunan di tingkat perdesaan, dan
ü
Masih TERBATASNYA akses masyarakat
terhadap peluang-peluang bisnis yang ada.
Komoditi Agribisnis Subsektor Perkebunan
Potensi produksi komoditi perkebunan di Jawa Timur disajikan berikut ini.
Tabel 1. Jenis
Komoditi Perkebunan dan Strategi Pengembangannya
No
|
Komoditi
|
Strategi Pengembangannya
|
1
|
Tebu (?)
|
KIMAS (Kawasan Industri Milik Masyarakat ) Gula Mini
- Kapasitas 30 - 50 ton tebu/hari
- Masa giling 100 hari
- Luas kebun tebu setara 500 –1000 ha lahan kering
|
2
|
Kopi
|
KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) Kopi Rakyat:
1. Cluster Produksi (Ecolabelling):
Kawasan Sentra Produksi Kebun Kopi Rakyat (SES)
2. Cluster Pengolahan:
Kawasan Sentra Pengolahan berbasis kopi
3. Cluster Perdagangan dan Kemitran Pemasaran
4. Cluster Kebun Teknologi/ Sekolah Lapangan
|
3
|
Cengkeh
|
KIMBUN (Kawasan Industri
Masyarakat Perkebunan) Cengkeh Rakyat
1. Cluster Produksi:
Kawasan Sentra Produksi Cengkeh Rakyat (SES)
2. Cluster Pengolahan:
Kawasan Sentra Pengolahan Minyak Atsiri Cengkeh
3. Cluster Perdagangan dan Informasi Pemasaran
4. Cluster Kebun Teknologi / Sekolah Lapangan
|
4
|
Kapok Randu
|
KSP-KU: Kapok
Randu
|
5
|
Kelapa
|
KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) Kelapa Rakyat:
1. Cluster Produksi:
Kawasan Sentra Produksi Kelapa Rakyat (SES)
2. Cluster Pengolahan:
Kawasan Sentra Pengolahan berbasis kelapa
3. Cluster Perdagangan dan Informasi Pemasaran
4. Cluster Kebun Teknologi/ Sekolah Lapangan
|
6
|
Kakao
|
KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) Kakao Rakyat:
1. Cluster Produksi:
Kawasan Sentra Produksi Kakao Rakyat (SES)
2. Cluster Pengolahan:
Kawasan Sentra Pengolahan Berbasis Kakao
3. Cluster Perdagangan dan Kemitraan Pemasaran
4. Cluster Kebun Teknologi / Sekolah Lapangan
|
7
|
Kapas
|
KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) Kapas Rakyat
|
8
|
Jambu mete
|
KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) Jambu Mete Rakyat
1. Cluster Produksi:
Kawasan Sentra Produksi Mete Rakyat (SES)
2. Cluster Pengolahan:
Kawasan Sentra Pengolahan Produk Mete
3. Cluster Perdagangan dan Informasi Pemasaran
4. Cluster Kebun Teknologi / Sekolah Lapangan
|
|
|
|
9
|
Kenanga
|
KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) Kakao Rakyat
1. Cluster Produksi:
Kawasan Sentra Produksi Kenanga Rakyat (SES)
2. Cluster Pengolahan:
Kawasan Sentra Pengolahan Minyak Atsiri Kenanga
3. Cluster Perdagangan dan Kemitraan Pemasaran
4. Cluster Kebun Teknologi/ Sekolah Lapangan
|
|
|
|
Komoditi
Agribisnis Tanaman Pangan
Potensi komoditi tanaman pangan di disajikan dalam Tabel 2.
Tabel
2. Komoditi Tanaman Pangan
No
|
Komoditas
|
Strategi Pengembangannya
|
1
|
Padi sawah
|
KALADI (Kawasan Lahan Abadi): Padi sawah
|
2
|
Kedelai
|
KIMKU Kedelai dengan sistem multi cluster:
1. Cluster Inti : Agroindustri basis kedelai
dengan
multi produk
2. Cluster Usahatani Kedelai sistem tiga strata:
1. Strata 1: Padi sawah MT 1 / MT2
2. Strata 2: Kedelai
3. Strata 3: Tanaman sela jagung
Kacang
hijau/ kacang-tunggak
3. Cluster Lembaga Keuangan Alternatif
4. Cluster Pemasaran: Informasi pasar &
Kemitraan
pemasaran
|
3
|
Jagung
|
KIMKU Jagung dengan sistem multi cluster:
1. Cluster Inti : Agroindustri basis jagung
dengan
multi produk
2. Cluster Usahatani Jagung dengan sistem
tiga strata:
1. Strata 1: Hedgrow Sengon, feed-crops
2. Strata 2: Jagung
3. Strata 3: Tanaman sela / gilir ubikayu
Kacang
hijau/ kacang-tunggak
3. Cluster Permodalan/ Lembaga Keuangan
Alternatif
4. Cluster Pemasraan: Informasi pasar &
Kemitraan
pemasaran
|
4
|
Ubikayu
|
KIMKU Ubikayu dengan sistem multi cluster:
1. Cluster Inti : Agroindustri basis ubikayu
dengan
multi produk
2. Cluster Usahatani Ubikayu dengan sistem
tiga strata:
1. Strata 1: Hedgrow Sengon, feed-crops
2. Strata 2: Ubikayu
3. Strata 3: Tanaman sela jagung/
Kacang
hijau/ kacang-tunggak
3. Cluster Permodalan/ Lembaga Keuangan
Alternatif
4. Cluster Pemasraan: Informasi pasar &
Kemitraan
pemasaran
|
5
|
Kacang tanah
|
KIMKU Kacangtanah sistem multi cluster:
1. Cluster Inti : Agroindustri basis
kacangtanah dengan multi produk
2. Cluster Usahatani kacangtanah dengan
sistem tiga strata:
1. Strata 1: Hedgrow Sengon, feed-crops
2. Strata 2: Kacang-tanah
3. Strata 3: Tanaman sela -gilir jagung/
ubikayu/
kacang-tunggak
3. Cluster Permodalan/ Lembaga Keuangan
Alternatif
4. Cluster Pemasraan: Informasi pasar &
Kemitraan
pemasaran
|
|
|
|