Wednesday, February 20, 2013

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN WILAYAH


Pembangunan daerah hingga saat ini telah membuktikan bahwa kebutuhan sumberdaya alam semakin banyak dan senantiasa menghadapi berbagai kendala yang semakin serius, terutama di wilayah pedesaan.  Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan penajaman prioritas pemanfaatan keunggulan sumberdaya alam dan sumberdaya wilayah lainnya dengan meli­batkan secara penuh segenap potensi masyarakat, terutama di daerah-daerah yang potensi sumberdaya alamnya sangat terbatas dan kondisi pembangunan wilayahnya masih tertinggal dibandingkan dengan daerah lainnya. Dalam kondisi seperti ini diperlukan mekanisme perencanaan, pelaksanaan, peman­tauan dan evaluasi proyek daerah secara cepat, tepat dan akurat.

Suatu Wilayah terbagi menjadi beberapa wilayah pembangunan yang masing-masing mempunyai karakteristik dan potensi wilayah yang berbeda, baik potensi sumberdaya manusia, sumberdaya alam, serta infrastruktur fisik dan kelembagaan penunjang pembangunan. Potensi sumberdaya wilayah ini tampaknya masih belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal, terutama karena terbatasnya modal dan teknologi. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain karena masih terbatasnnya informasi teknologi dan informasi pasar yang diperlukan untuk mengembangkan wilayah tersebut, serta lemahnya akses masyarakat terhadap peluang-peluang bisnis yang ada.

Suatu bentuk kelembagaan dengan ikatan-ikatan dan hubungan sosial-ekonomi berdasarkan kebutuhan masyarakat diperlukan dalam membangun Kawasan Sentra Produksi Komoditas Unggulan (KSP-KU), sehingga memberikan manfaat dan memungkinkan keterliba­tan penuh anggota-anggotanya. Langkah awal dalam upaya rekayasa dan peningkatan fungsi kelembagaan tersebut adalah menemukan lembaga-lembaga tradisional yang tumbuh dalam komunitas perdesaan khususnya dalam pengusahaan komoditas andalan, sejak penanaman, pertanahan,  pengerahan tenaga kerja, perkredi­tan, panen dan pengolahan serta pemasaran hasil.  Selan­jutnya, keberhasilan sistem produksi menuntut adanya bentuk-bentuk kelem­bagaan yang lebih besar dan berorientasi ekonomis sehingga mampu mengelo­la sistem pertanian secara lebih efektif mampu meningkatkan kesejaht­eran masyarakat.


Dalam rangka pengembangan sistem agribisnis yang berwawasan agroe­kosistem, dan mendukung upaya-upaya peningkatan pendapatan petani, maka dipandang perlu untuk dirancang model pengembangan Komoditi UNGGULAN wilayah, yang mengacu kepada pendekatan konsep dan tera­pan sistem manajemen bisnis di pedesaan.

Salah satu upaya untuk mengentas kemiskinan masya­rakat desa dan mencegah terjadinya kesenjangan antara desa-kota yang semakin melebar, ialah Gerakan Membangun Agribisnis (GMA). 

Dengan GMA ini diharapkan pembangunan wilayah pedesaan dapat diselaraskan dengan wilayah lainnya yang lebih maju.  Hal seperti ini dapat dicapai kalau pertumbuhan desa dapat dipacu sedemikian rupa sehingga lebih cepat. GMA pada hakekatnya merupakan upaya terencana yang melibatkan kerja­sama pemerintah , suasta dan segenap masyarakat untuk membangun wilayah perdesaan.

Tujuan GMA adalah:

  1. mening­katkan kesejahteraan masyarakat desa, pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja di pedesaan,
  2. menciptakan pemerataan, mempersem­pit kesenjangan, dan memperbaiki hubungan desa-kota,
  3.  menggali potensi unggulan ekonomi lokal dan merangsang tumbuhnya peluang kerja dan kesempatan kerja dan berusaha,
  4. meminimalkan urbanisasi desa ke kota,
  5. mendorong hubungan kerja yang harmonis antara pemerin­tah, suasta dan masyarakat,
  6. menumbuhkan suasana kondusif bagi segenap masyarakat desa untuk dapat mengakses peluang-peluang bisnis. 
Beberapa program prioritas yang dapat dikembangkan ialah:

(1).    Satu wilayah satu komoditi unggulan dengan beberapa produk penunjangnya
         Komoditi unggulan merupakan hasil usaha masyarakat desa yang memiliki peluang pemasaran yang tinggi dan menguntungkan bagi masyarakat desa. Beberapa kriteria dari komoditi unggulan adalah

ü  Mempunyai daya saing yang tinggi di pasaran (keuni­kan /ciri spesifik, kualitas bagus, harga murah);
ü  Meman­faatkan potensi sumberdaya lokal yang potensial dapat dikem­bangkan;
ü  Mempunyai nilai tambah tinggi bagi masyarakat perdesaan;
ü  Secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan dan kemam-puan sumberdaya manusia;
ü  Layak didukung oleh modal bantuan atau kredit.

(2).    Teknologi Tepat Guna Masuk Wilayah Pedesaan
        Teknologi masuk desa meliputi upaya pengenalan, proses alih teknologi dan pelatihan teknis (Model Sekolah Lapangan) dengan tujuan meningkat­kan ketrampilan SDM dan nilai produk masyarakat.

        Beberapa kriteria teknologi ini ialah:

ü  Mendukung upaya peningkatan nilai tambah produk lokal; dan mendorong  terciptanya sistem produksi yang bersih (eco-labelling)
ü  Mampu meningkatkan jumlah pro­duksi dan efisiensi; serta menonjolkan keunikan kualitas produk
ü  Tidak merugikan eksistensi tenagakerja lokal;
ü  Murah; mudah dipelajari; mudah perawatannya dan menjanjikan keuntungan;
ü  Dapat berupa teknologi proses, material,  ataupun teknologi rekayasa sosial.

(3). Investasi Mengalir Masuk ke Wilayah Pedesaan
       
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah

ü  Menjalin hubun­gan kemitraan yang mengun-tungkan dan adil;
ü  Pembata­san pengaruh negatif penetrasi modal dari luar melalui pengembangan Lembaga Keuangan Alternatif berpendampingan sehingga mampu mengakses segenap anggota masyarakat secara adil ;
ü  Produsen lokal harus didukung fasilitas kredit murah berpendampingan dan berkelanjutan;
ü  Penciptaan iklim kondusif bagi tumbuh-kembangnya pengusaha lokal yang mandiri (individu atau kelompok);
ü  Mengoptimalkan peran-serta lembaga-lembaga sosial-tradisional yang telah ada di masyarakat.

(4). Pasar Desa dan Kemitraan Pemasaran

        Pasar desa yang dimaksud ialah kegiatan untuk mendorong tumbuh­nya media yang mendukung kelancaran proses pemasaran produk dan transaksi usaha di antara masyarakat desa itu sendiri atau dengan pihak luar melalui kemitraan yang adil dan bersahabat.

            Beberapa macam kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan wilayah pedesaan di Jawa Timur ialah

ü  Keterbatasan kapabilitas sumberdaya alam,
ü  Masih adanya lokasi yang terisolir dan  kelangkaan prasarana transportasi,
ü  Keterbatasan penguasaan modal dan teknologi,
ü  Lemahnya kemampuan kelembagaan (formal dan non-formal) penunjang pembangunan di tingkat perdesaan, dan
ü  Masih TERBATASNYA akses masya­rakat terhadap peluang-peluang bisnis yang ada.

Komoditi Agribisnis Subsektor Perkebunan

Potensi produksi komoditi perkebunan di Jawa Timur disajikan berikut ini.

Tabel  1.           Jenis Komoditi Perkebunan dan Strategi Pengembangannya

No
Komoditi
Strategi Pengembangannya
1
Tebu (?)
KIMAS (Kawasan Industri Milik Masyarakat ) Gula Mini
- Kapasitas  30 - 50 ton tebu/hari
- Masa giling 100 hari
- Luas kebun tebu setara 500 –1000 ha lahan kering

2
Kopi
KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) Kopi Rakyat:
1. Cluster Produksi (Ecolabelling):
    Kawasan Sentra Produksi Kebun Kopi Rakyat (SES)
2. Cluster Pengolahan:
    Kawasan Sentra Pengolahan berbasis kopi
3. Cluster Perdagangan dan Kemitran Pemasaran
4. Cluster Kebun Teknologi/ Sekolah Lapangan

3
Cengkeh
KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) Cengkeh Rakyat
1. Cluster Produksi:
    Kawasan Sentra Produksi Cengkeh Rakyat (SES)
2. Cluster Pengolahan:
    Kawasan Sentra Pengolahan Minyak Atsiri Cengkeh
3. Cluster Perdagangan dan Informasi Pemasaran
4. Cluster Kebun Teknologi / Sekolah Lapangan





4
Kapok Randu
KSP-KU:  Kapok Randu
5
Kelapa
KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) Kelapa Rakyat:
1. Cluster Produksi:
    Kawasan Sentra Produksi Kelapa Rakyat (SES)
2. Cluster Pengolahan:
    Kawasan Sentra Pengolahan berbasis kelapa
3. Cluster Perdagangan dan Informasi Pemasaran
4. Cluster Kebun Teknologi/ Sekolah Lapangan

6
Kakao
KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) Kakao Rakyat:
1. Cluster Produksi:
    Kawasan Sentra Produksi Kakao Rakyat (SES)
2. Cluster Pengolahan:
    Kawasan Sentra Pengolahan Berbasis Kakao
3. Cluster Perdagangan dan Kemitraan Pemasaran
4. Cluster Kebun Teknologi / Sekolah Lapangan

7
Kapas
KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) Kapas Rakyat
8
Jambu mete
KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) Jambu Mete Rakyat
1. Cluster Produksi:
    Kawasan Sentra Produksi Mete Rakyat (SES)
2. Cluster Pengolahan:
    Kawasan Sentra Pengolahan Produk Mete
3. Cluster Perdagangan dan Informasi Pemasaran
4. Cluster Kebun Teknologi / Sekolah Lapangan

                            





9
Kenanga
KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) Kakao Rakyat
1. Cluster Produksi:
    Kawasan Sentra Produksi Kenanga Rakyat (SES)
2. Cluster Pengolahan:
    Kawasan Sentra Pengolahan Minyak Atsiri Kenanga
3. Cluster Perdagangan dan Kemitraan Pemasaran
4. Cluster Kebun Teknologi/ Sekolah Lapangan





              

               Komoditi Agribisnis Tanaman Pangan

Potensi komoditi tanaman pangan di disajikan dalam Tabel 2.

            Tabel 2. Komoditi Tanaman Pangan

No
Komoditas
Strategi Pengembangannya
1
Padi sawah
KALADI (Kawasan Lahan Abadi): Padi sawah
2
Kedelai
KIMKU Kedelai dengan sistem multi cluster:
1. Cluster Inti : Agroindustri basis kedelai
                        dengan multi produk
2. Cluster Usahatani Kedelai sistem tiga strata:
     1. Strata 1: Padi sawah MT 1 / MT2
     2. Strata 2: Kedelai
     3. Strata 3: Tanaman sela jagung
                       Kacang hijau/ kacang-tunggak
3. Cluster Lembaga Keuangan Alternatif
4. Cluster Pemasaran: Informasi pasar &
                       Kemitraan pemasaran

                                                       
3
Jagung
KIMKU Jagung dengan sistem multi cluster:
1. Cluster Inti : Agroindustri basis jagung
                        dengan multi produk
2. Cluster Usahatani Jagung dengan sistem
    tiga strata:
     1. Strata 1: Hedgrow Sengon, feed-crops
     2. Strata 2: Jagung
     3. Strata 3: Tanaman sela / gilir ubikayu
                       Kacang hijau/ kacang-tunggak
3. Cluster Permodalan/ Lembaga Keuangan
    Alternatif
4. Cluster Pemasraan: Informasi pasar &
                       Kemitraan pemasaran

4
Ubikayu
KIMKU Ubikayu dengan sistem multi cluster:
1. Cluster Inti : Agroindustri basis ubikayu
                        dengan multi produk
2. Cluster Usahatani Ubikayu dengan sistem
    tiga strata:
     1. Strata 1: Hedgrow Sengon, feed-crops
     2. Strata 2: Ubikayu
     3. Strata 3: Tanaman sela jagung/
                       Kacang hijau/ kacang-tunggak
3. Cluster Permodalan/ Lembaga Keuangan
    Alternatif
4. Cluster Pemasraan: Informasi pasar &
                       Kemitraan pemasaran

                                        










                                                       
5
Kacang tanah

KIMKU Kacangtanah sistem multi cluster:

1. Cluster Inti : Agroindustri basis
     kacangtanah dengan multi produk

2. Cluster Usahatani kacangtanah dengan
    sistem tiga strata:
     1. Strata 1: Hedgrow Sengon, feed-crops
     2. Strata 2: Kacang-tanah
     3. Strata 3: Tanaman sela -gilir jagung/
                       ubikayu/ kacang-tunggak

3. Cluster Permodalan/ Lembaga Keuangan
    Alternatif

4. Cluster Pemasraan: Informasi pasar &
                       Kemitraan pemasaran




  


No comments:

Post a Comment